post image
KOMENTAR

Mata merupakan jendela kehidupan. Karenanya, mata merupakan salah satu orang tubuh yang sangat penting untuk dijaga kesehatannya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini memperkirakan, terdapat lebih dari 7 juta orang di dunia yang menjadi buta setiap tahunnya.

"Di Indonesia sendiri, prevalensi kebutaan adalah 3 juta orang atau 1,5 dari populasi," kata Business Development Pusat Pelayanan Kesehatan Mata, Sabang Merauke Eye Centre (SMEC), M. Ariyandri, SE, M.Kes dalam seminar online bertema "Katarak dan Tindakan Pengobatan Terupdate" yang digelar pada Rabu (6/5).

Dia menjelaskan, penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia adalah katarak (0,78 persen), disusul oleh glaukoma (0,20 persen), gangguan refraksi (0,14 persen), gangguan retina (0,13 persen) terutama diabetik retinopathy, abnormalitas kornea (0,10 persen), terutama kerophtalmia.

"Berdasarkan data WHO, kemampuan dokter mata Indonesia dalam melakukan operasi katarak sebanyak 468 setiap tahunnya. Jumlah ini hanya seperempat dari total yang dilakukan oleh dokter mata dari negara tetangga. Thailand, misalnya, mampu melakukan operasi katarak sebanyak 2.090 setiap tahunnya," sambung Ariyandri.

Menyambung Ariyandri, pada seminar yang sama, CEO SMEC Group, Dr Imsyah Satari SpM menjelaskan lebih lanjut mengenai katarak serta pengobatan teranyar dalam dunia medis.

Dia menjelaskan, katarak adalah kondisi lensa mata yang mengalami kekeruhan karena beberapa faktor. Di antaranya adalah kontak dalam waktu lama dengan cahaya ultraviolet, radiasi serta efek sekunder dari penyakit lain, misalnya diabetes atau hipertensi. Selain itu, katarak bisa juga disebabkan oleh usia lanjut dan trauma.

"Penyakit ini juga merupakan penyebab kebutaan utama di dunia yang dapat diobati. Semua jenis katarak hanya bisa diatasi dengan operasi pengangkatan katarak dan diganti dengan lensa intraokuler atau lensa buatan," jelasnya.

Lebih lanjut Dr Imsyah menjelaskan bahwa SMEC memiliki prosedur tindakan katarak paling mutakhir yang ada di dunia, yakni Fakoemulsifikasi.

"Di SMEC, teknologi operasi katarak yang digunakan sangat maju, yakni dengan fakoemulsifikasi," ujarnya.

Fakoemulsifikasi merupakan pengobatan penyakit katarak paling mutakhir yang ada di dunia saat ini.

"Operasi dengan alat ini menggunakan luka kecil, sehingga proses penyembuhan lebih cepat dengan hasil yang lebih baik tanpa perlu jahitan atau rawat inap," tuturnya.

Dalam pengobatan dengan fakoemulsifikasi, lensa mata yang keruh diganti dengan lensa buatan yang ditanam di mata. Dokter spesialis mata melakukan prosedur ini dengan menggunakan peralatan operasi berteknologi tinggi dengan teknik fakoemulsifikasi.

Menurutnya, teknologi mutakhir ini memiliki banyak kelebihan, yakni sayatan pada mata pasien yang kecil serta dilakukan tanpa jahitan. Dengan demikian lebih minim infeksi, sehingga proses pemulihan pun menjadi lebih cepat.

Sumber: Farah.id

KOMENTAR ANDA

Irawati Hermawan: Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sangat Layak Jadi Pahlawan Nasional

Sebelumnya

Menlu Retno: Bagi Saya Prof. Mochtar Kusumaatmadja Sudah Seorang Pahlawan

Berikutnya

Artikel Aktual