Anda harusnya geram, mungkin marah. Bagaimana tidak? Di saat kita mematuhi berbagai macam protokol kesehatan guna melawan COVID-19 atau virus corona, sejumlah masyarakat terpantau masih asyik berkumpul di tempat publik tanpa penerapan pencegahan virus yang ketat.
Yang sedang saya utarakan terkait dengan kerumunan di malam penutupan McDonald's Sarinah, Jakarta, Minggu (10/5) serta antrean orang yang akan berpergian melalui pesawat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (14/5) serta kerumunan lain di tempat publik yang saya sering temukan di media sosial.
Pemerintah sudah mewanti-wanti masyarakat untuk selalu mencegah penyebaran virus corona untuk meluas. Salah satunya melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020. Aturan ini menyebabkan banyak penutupan tempat dan aktivitas publik seperti sekolah, tempat perbelanjaan, hingga pembatasan moda transportasi berlaku bagi daerah tertentu.
Anjuran pemerintah bersifat nasional baru sekadar social distancing yang kemudian diubah penamaannya menjadi physical distancing, intinya anjuran ini meminta masyarakat untuk menjaga jarak dengan orang lain, menggunakan masker wajah, serta hindari menyentuh wajah dan sering cuci tangan.
Baru-baru ini selebgram Indira Khalista pun ramai karena menganggap remeh penyebaran virus ini dengan mengabaikan physical distancing. Alhasil, ia pun dihujani cibiran di jagat media sosial.
Pemerintah juga meminta kepada masyarakat untuk menerapkan bekerja dari rumah atau work from home, yang tidak bisa sepenuhnya diterapkan mengingat banyak pekerjaan non formal yang mengharuskan dirinya untuk berada di tengah masyarakat.
Pelanggaran di McDonald's Sarinah dan Bandara Soekarno-Hatta pun terkesan tidak dianggap serius. Misalnya, McDonald's Sarinah yang hanya didenda Rp10 juta, tentu uang sebanyak itu bisa didapatkan dengan mudah oleh restoran cepat saji itu hanya dalam hitungan jam. Usut punya usut, denda tersebut merupakan jumlah maksimal denda dalam aturan pelanggaran PSBB.
Bahkan disebutkan petugas berwenang pun baru datang untuk membubarkan setelah pukul 22.30, padahal McDonald's Sarinah sendiri sudah menutup seremoni tersebut pukul 22.00. Para warga setempat pun menyatakan bahwasannya TNI dan polisi pun hanya diam saat kerumunan mulai bergumul.
Sebuah foto kerumunan calon penumpang di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta menjadi viral karena dianggap memaksakan berpergian di saat orang lain bahkan tidak bisa pergi ke kampung halamannya unutk merayakan Idul Fitri. Antrean penuh terjadi pada pukul 06.00-08.00 dengan jumlah 13 penerbangan tersebut pun tidak terlihat melaksanakan protokol jarak jauh atau physical distancing yang dianjurkan.
Setelah ditelusuri, setiap orang yang hendak pergi harus diperiksa kelengkapan dokumen termasuk surat bebas COVID-19. Yang ternyata bisa dengan mudah didapatkan melalui toko online mulai dari puluhan hingga jutaan rupiah.
Kedua kerumunan tersebut bisa berpotensi fatal, yaitu munculnya penderita atau bahkan klaster penderita baru yang tentunya kini tengah ditekan oleh pemerintah. Pemerintah sendiri melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang setiap sore mengabarkan jumlah kasus terbaru selalu menyisipkan pentingnya disiplin dalam mematuhi PSBB dan physical distancing.
Selain itu, masyarakat juga tengah melawan munculnya banyak teori konspirasi soal virus corona yang sangat meresahkan khususnya melalui orang-orang terkenal dan memiliki suara, seperti Jerinx dan Young Lex. Teori konspirasi juga menjadi musuh bagi pencegahan penyebaran virus corona di seluruh dunia.
Padahal, dengan teori konspirasi yang mereka buat bisa menyebabkan masyarakat menganggap enteng virus ini. Menyebabkan juga masyarakat mulai meninggalkan aturan dan anjuran pemerintah yang nantinya berakibat pada penyebaran virus yang terus bertambah.
Saya dan banyak orang pun tahu bahwa terlalu lama merasa terkurung di rumah tidak mengenakkan. Waktu kurang lebih dua bulan bukanlah waktu yang sebentar, namun semuanya harus dilakukan agar kita semua bisa semakin cepat beraktivitas di luar.
Oleh karena itu physical distancing menjadi kunci terampuh yang dimiliki oleh kita sebagai masyarakat untuk sekarang. Tentunya sembari menunggu kapan obat dan vaksin virus ini bisa dikonsumsi oleh masyarakat.
Pun meskipun berarti kita harus menunggu sampai akhir tahun untuk mendapatkan obat dan vaksin virus ini, menunggu dengan menjalankan protokol kesehatan global yang berlaku adalah tindakan terbaik yang bisa dilakukan.
Selain physical distancing, penting juga bagi kita untuk selalu memantau informasi soal virus corona. Jangan sampai hoaks dan misinformasi menggoyahkan niat kita dan orang lain untuk mencegah penyebaran. Selalu lakukan verifikasi atas informasi yang didapatkan, bisa dengan mencari informasi bandingan dari situs resmi pemerintah, lembaga penelitian, hingga berita yang terverifikasi kebenarannya.
Media sosial seperti Twitter dan Whatsapp juga menjadi salah satu sumber penyebaran informasi yang sangat cepat. Penting untuk menjaga teman dan saudara kita agar terus terinformasi dengan membagikan informasi yang benar serta membenarkan informasi yang salah. Karena dari sekadar terusan pesan bisa membuat banyak orang menjadi bebal akan kesehatan dirinya dan orang lain.
Apa itu saja yang bisa kita lakukan? Tidak. Hal terpenting lainnya adalah memantau setiap kebijakan pemerintah guna menghentikan penyebaran virus ini. Berikan kritik berdasarkan fakta dan pengetahuan yang benar melalui banyak kanal seperti sosial media atau blog. Dengan menumbuhkan sikap kritis kita akan virus ini termasuk bagaimana penanganannya, kita akan selalu menjadi yang terdepan dalam melakukan pencegahan terbaik.
KOMENTAR ANDA