Empat tahun setelah aku pindah dan menetap di Yogyakarta (sebelumnya di Bandung), aku mendapatkan seorang teman yang berawal dari tempat pekerjaan yang sama. Seperti biasa, di awali dengan ngobrol-nyambung-sefrekuensi-berteman.
Namun walaupun pada waktu itu kami sudah ngobrol banyak, kami belum sama sekali membicarakan riwayat pendidikan dulu kuliah di mana. Mungkin karena kadang aku malas menanyakan hal yang terlalu personal atau karena sudah keasyikan membicarakan soal everything else sehingga terlewat.
Hingga pada suatu pelatihan kami makan siang bersama dengan satu orang teman yang lain. Nah teman yang lain ini bertanya pada temanku itu, kamu dulu kuliah di mana? “UNPAD,” jawab temanku. Hah sama, batinku. Fakultas apa? “Sastra,” jawabnya. Lho kok sama, aku mulai terkejut. Angkatan berapa? “2000,” jawab temanku. Lah ini mah aku sudah tidak bisa lagi menyembunyikan keterkejutanku. “Kok sama banget, hahaha.” Ternyata memang benar, dia adalah teman se angkatan se fakultas dulu di Jatinangor. Walaupun memang sebelumnya tidak saling kenal karena beda jurusan.
Selanjutnya, kami menjadi semakin dekat, and she becomes one of my very best friend in the next 8 years and counting. Walaupun kemudian dia pindah dari Yogyakarta, tapi jarak sama sekali tidak mengurangi kualitas pertemanan kami.
Beberapa hari yang lalu, temanku itu ke Yogyakarta karena suatu pekerjaan, dan tentu saja aku tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk spend quality time with her, bahkan menemaninya menginap di hotel. Dan setelah berjam-jam obrolan ngalor-ngidul, sampailah kami pada obrolan tentang kampus kami dulu.
Pertama kami tertawa-tawa karena tahu kalau kami pernah berada dalam satu kelas selama beberapa semester di mata kuliah umum gabungan antarjurusan. Bahkan mungkin kami pernah duduk bersebelahan atau paling tidak dalam satu baris yang sama.
Kami pun mulai membicarakan tentang dosen mata kuliah gabungan kami itu yang selalu memberikan tugas bulanan, di mana sebenarnya yang benar-benar mengerjakannya hanya segelintir mahasiswa saja, sisanya hanya mencatut dari yang segelintir tersebut.
Kemudian temanku bercerita selama menjadi mahasiswa, dia selalu nongkrong di sebuah toko buku atau perpustakaan di Jatinangor dulu. Kebetulan aku sering datang dan nongkrong di tempat tersebut.
Akhirnya kami menyimpulkan bahwa sangat mungkin kami beberapa kali berada di satu tempat dan waktu yang sama. Dilanjutkan dengan ternyata aku dan dia sama-sama suka makan di warung Soto A3 yang pada zamannya sangat terkenal di Jatinangor. Belum lagi, bisa jadi kami pernah naik damri atau angkot yang sama, belanja di toko Yanto atau toko Sabar Subur, atau ngantri foto di Jonas bersama.
Tapi namanya belum jodoh ya, selama empat tahun aku tinggal di Jatinangor, saya sama sekali tidak kenal dengan temanku itu. Kenalnya justru di Yogyakarta, 12 tahun sejak kami tinggal bersama di satu wilayah dan berkuliah di fakultas yang sama. Bahkan mungkin kami pernah papasan di tangga gedung C atau sama-sama makan di Kansas.
Namanya juga jodoh. Kalau belum berjodoh ya belum saja. Kalau memang belum saatnya menjadi best friend ya belum saja. Kalau memang belum saatnya terjadi ya belum saja. Mau seperti apapun manusia merencanakan dan mengusahakan, tetap akan ada beberapa hal di luar kuasa kita. And everything will happen in the right time, in the exact right time.
KOMENTAR ANDA