Sejak lama Italia telah menjadi destinasi turisme, warga Italia sendiri sangat percaya negerinya termasuk bagian bumi paling indah di dunia. Berkah kecantikan alamiah ini kemudian dipadu dengan upaya mereka untuk merawat tanah airnya dengan sentuhan emas kearifan budaya terhadap tiap jengkal tanahnya, ditambah lagi,mereka juga punya kejeniusan tersendiri dalam bidang teknik sipil dan arsitektur sehingga bangunan-bangunan antik karya ribuan tahun pun bisa tetap tegak berdiri dan kini masuk dalam kategori warisan budaya dunia dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong. .
Berkat keterampilan dan keuletan tangan dikombinasikan dengan passion dan dedikasi warga Italia dalam merawat keindahan alam, membangun kecerdasan tradisi kuliner dengan bahan-bahan lokal dan artefak sejarah selama ratusan bahkan ribuan tahun, buahnya terlihat dengan banyaknya pengunjung ke negeri sepatu bot ini. Tercatat, pada 2019 Italia yang memiliki populasi 63 juta jiwa, mendapat kunjungan sebanyak 216 juta turis.
Setiap region di Italia memiliki situs-situs yang menarik untuk didatangi, diabadikan dalam foto atau lukisan bahkan dalam lagu atau film dan dalam hal ini, Venizia memiliki magnet tersendiri dengan kanal-kanalnya, sehingga mampu mencatat kunjungan wisata sebanyak 30 juta turis per tahun lalu. Namun, sektor turisme tiba-tiba terhambat karena pandemi virus corona, destinasi paling romantis di dunia ini diperkirakan akan kehilangan lima juta pengunjung pada tahun 2020 ini.
Sejak Italia menutup perbatasannya pada 9 Maret lalu dan memutuskan untuk sementara fokus demi melindungi warganya dengan memerangi virus SARS CoV2 melalui strategi karantina total. Sektor ini terhantam keras dan kehilangan pendapatannya. Pemerintah Region Veneto mengatakan, hanya pada periode Maret – Mei saja. Memasuki masa libur Paskah dan musim semi, sekitar 35 juta euro dan terdapat setidaknya 50.000 warga kehilangan pekerjaan.
Presiden Region Veneto, Luca Zaia pada telekonferensi daring, 20 Mei 2020 lalu dengan Asosiasi Jurnalis Asing di Italia mengatakan pihaknya telah 90 hari menutup region yang dipimpinnya sejak 21 Februari. Setelah melakukan daya upaya dalam melawan Covid-19, kini pemimpin yang tahun lalu mendapat angka 91% dan bahkan setelah digempur badai wabah berhasil meningkatkan kepercayaan publinyak hingga 92 persen tersebut mengkalim Venezia siap membuka diri kembali kepada publik.
“Di Italia, Kami merupakan region pertama yang membuka diri dan membuka pantai karena kami ingin memberikan sinyal yang baik dan memberikan pesan bahwa kami sungguh-sungguh sehat dan sebagai zona turistik juga ingin memberikan contoh bagi yang lain,” ujarnya
Untuk diketahui, Venezia kerap mencatat pemasukan sekitar 18 miliar Eruo dari sektor pariwisata, “Dan kami siap menyambut kembali turis dari berbagai negara yang telah sejak lama memilih datang ke Venezia dan para turis ini telah tercatat secara rutin kembali untuk setiap periode liburan musim panas,” ungkapnya.
Ia mengatakan, mengangkat kembali sektor turisme Venezia yang jatuh akibat pandemi bukanlah hal yang yang mudah, “Kita semua tahu bahwa pada tahun 2019 lalu kami sangat kurang beruntung dimana ada kasus kecelakaan kapal pesiar, kemudian ada air naik yang menyebabkan banjir yang sangat merusak lingkungan hingga menimbulkan kerugian sampai miliaran euro dan kemudian memasuki 2020, kami diserang virus.” tuturnya.
Tapi ia menjamin, Venezia bangkit dan kembali membuka dan bahkan akan tampil lebih cantik dari sebelumnya, “Venezia akan selalu mempertimbangkan semua aspek dan menjamin semua kelas sosial dengan standar yang pasti, kami juga akan mempersiapkan bagaimana tempat di stadion, bioskop, dan berbagai lokasi turistik menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi pengunjung.”tandasnya.
Selain itu menurutnya, kedatangan wisatawan juga akan dikontrol ketat, “Turis datang ke Venezia dengan kereta, pesawat, dan kapal dan kami mengontrol semua kedatangan turis,agar semua ditangani dalam standar keamanan. Dan kami ingin memastikan, napas turisme Venezia adalah turisme yang berkelanjutan karena Venezia adalah satu-satunya kota laksana sebuah museum terbuka di dunia," paparnya.
“Saat ini kami akan protektif terhadap Kota Venezia, warga, dan seluruh potensinya, terutama karena Venezia adalah lokasi warisan peradaban dunia,” tandasnya.
Ketika ditanya tentang pembukaan perbatasan Italia dengan negeri-negeri tetangga tanpa perlu melalui proses karantina Zaia mengatakan pihaknya akan menangani sektor turisme dengan tanggung jawab yang penuh.
“Turis yang bisa datang ke sini dari Rusia, Jerman, Prancis dengan garansi dokumen kesehatan dan kita juga memiliki garansi pelayanan kesehatan yang bagus. Untuk melanjutkan kembali denyut turisme, kami akan mendengungkan Covid free tourism,” ujarnya.
Sebagai informasi, di bawah kepemimpinan Zaia, Region Veneto yang beribukotakan Venezia dan memiliki teritorial seluas sekitar 7 juta meter persegi ini telah mengantisipasi kemungkinan wabah sejak Januari. Ketika Tiongkok pertama kali mengumumkan situasi kritis mereka pada 31 Desember dan disusul pada 29 Januari, ketika ada dua pasien dari Tiongkok dinyatakan positif Covid-19 di rumah sakit Spallanzani Roma, region ini segera membangun task force, yang dikepalai oleh Dr. Russo.
Pada 21 Februari, dokter di region Veneto, menemukan dua warga Vo’ terjangkit virus corona, Zaia melakukan konsilidasi dengan task force. Karena memungkinkan, maka pihaknya memutuskan untuk mengetes seluruh penduduk kota Vo’, sebanyak 3000 jiwa.
Dari hasil tes diketahui terdapat 60 warga yang juga terinfeksi dan kota Vo' dianggap episentrum yang kemudian dikarantina secara khusus. Hasil tes laboratorium dan Vo’ pada saat itu langsung dikenal dunia sebagai salah satu kota yang memiliki sampel terbanyak kasus Covid-19 disusul oleh Korea kemudian Lombardia (Italia). Berkat inisiatif task force dibawah kepemimpinan Zaia tersebut, maka didapat informasi yang lengkap mengenai SARS CoV-2, Para ahli memahami bahwa ada pasien dengan gejala ringan dan tanpa gelaja, ternyata tercatat positif Covid-19. Dengan memahami dasar karakter virus ini, maka dilakukan tes di region-region lain di Italia dan informasi dari Vo' menjadi semacam protitipe dari semuah region dan semangat untuk menghadapi wabah dengan ilmu pengetahuan, menjadi semangat seluruh region untuk memahami, dan mencari cara bagaimana penanganan serta upaya pemutusan rantainya.
Bangun Pariwisata Cerdas
Sementara menunggu wabah mereda, pemerintah lokal Venezia mempertimbangkan langkah radikal untuk merevitalisasi kembali sektor turisme menghadapi tantangan si mahkota baru ini. Wakil walikota Simone Venturini, mengatakan,"Mungkin sudah saatnya mempertimbangkan model yang lebih lembut, walaupun itu berarti secara fisik membatasi jumlah pengunjung."
"Ini akan menjadi kesempatan untuk bergerak ke arah pariwisata cerdas. Dengan turis yang meluangkan waktu untuk memahami budaya dan menjauh dari tur yang hingar bingar di waktu lain," kata dia.
Ia mengaku langkah ini akan sulit dilakukan mengingat ketergantungan kota pada pariwisata. Tetapi untuk saat ini, dalam keadaan mengerikan, jalan-jalan kosong justru seolah kembali menjadi milik warga Veneto, yang biasanya harus membagi kota ini dengan ratusan hingga ribuan turis asing setiap harinya.
Beratnya beban Venezia akibat turisme, membuat beberapa aktivis lingkungan di kota itu selama beberapa tahun belakangan melakukan riset dan menentang pola turisme di Venezia yang tiap hari seolah menjadi lautan manusia. Belum lagi kapal pesiar yang keluar masuk di pelabuhan bersejarah mereka, dianggap mengancam kelestarian bangunan-bangunan antik di kawasan tersebut.
Venezia juga memiliki masalah populasi yang absurd di mana kota ini sebagian besar gedung huniannya ditempati oleh turis. Warganya memilih menyingkir ke luar atau pinggiran kota karena harga rumah dan harga sewa terlalu mahal bagi warga lokalnya. Mereka yang memiliki properti di Venezia juga lebih suka menggunakan griya mereka untuk lahan bisnis persewaan penginapan bagi turis yang datang dari seluruh dunia dan menggunakan keuntungannya untuk kehidupan yang lebih ekonomis di luar kota Venezia,
Hasilnya, ketika wabah merebak, pulau ini bagai pulau hantu. Pemerintah pusat memerintahkan penutupan hotel dan semua kegiatan penyewaan penginapan atau unit hunian dan mendesak semua turis untuk kembali ke negara masing-masing. Kota yang kehilangan turis dan tidak memiliki penduduk tetap itu tiba-tiba terkungkung dalam kesepian tiada tara.
“Selama pandemi Venezia dikuasai oleh burung-burung camar,” kata penggerak turisme dalam wawancara daring dengan Asosiasi Jurnalis Asing di Italia pada Mei lalu.
Jane da Mosto, yang mengepalai kelompok nirlaba We Are Here Venice. Ia mengatakan kepada CNN di Venizia, bahwa pihaknya telah berjuang agar para pembuat kebijakan memahami manfaat pariwisata berkelanjutan bagi kota dengan meluncurkan kampanye untuk menjaga serbuan kapal pesiar besar-besaran dari pelabuhan bersejarah. Mereka juga mempelajari kemungkinan-kemungkinan untuk mencegah banjir seperti yang dialami beberapa waktu lalu.
Dia melihat pandemi sebagai titik balik bagi kota, dan membayangkan Venezia baru muncul di dunia pasca-pandemi, "Venezia baru yang saya impikan setelah ini ya seperti sekarang (lebih sedikit pengunjung) dan dengan lebih banyak penduduk."
Menurutnya, masalah bagi kota kanal ini bukanlah kurangnya wisatawan, tapi karena kurangnya penduduk permanen.
“Dengan lebih banyak penduduk, kota ini akan lebih mencerminkan budaya Venesia dan gaya hidup yang indah yang ditawarkan kota luar biasa ini bagi pengunjung, sehingga di masa depan pengunjung dapat menikmati Venesia lebih mendalam," ujarnya.
Veneto dengan ibukota Venizia, saat ini menjadi region yang paling berhasil menangani dan memberangus Covid-19. Region yang pemimpinnya memiliki inisiatif memeriksa seluruh penduduk desa Vo' yang memiliki populasi dengan swab test, sehingga jadi referensi terpenting selain Korea Selatan. Region di Italia yang juga dianggap memiliki jumlah sampel yang cukup banyak adalah Lombardia dengan ibu kota Milan.
Veneto memiliki potensi wisata selain Venezia, kawasan pantai seperti Bibbione dan Jesolo juga menjadi destinasi wisatawa dari mancanegara seperti Rusia, Jerman, Austria dan Amerika. Selain itu, terdapat danau seperti Garda, sungai-sungai, pegunungan salju Cortina, kota industri kristal cantik Murano dan berbagai situs arkeologi yang masuk dalam warisan kebudayaan dunia.
Kerja keras Venezia sudah mulai menunjukkan hasil, Minggu ini turis lokal dan turis dari Jerman sudah kembali menggelar kain pantai dan membuka payung-payung mereka untuk menikmati hangatnya mentari negeri penghasil pasta dan parmesan ini.
KOMENTAR ANDA