Universitas Padjadjaran berhasil memproduksi alat rapid test 2.0. Hal ini dinyatakan langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, melalui akun Twitter pribadinya. Gubernur yang akrab disapa Kang Emil ini mengatakan, alat rapid test yang diproduksi Unpad akan menunjukkan hasil yang lebih akurat namun dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan rapid test pada umumnya.
Lebih lanjut, dalam cuitannya tersebut, Ridwan Kamil juga mengungkap perbedaan lain antara rapid test 2.0 buatan Unpad dengan rapid test biasa. Perbedaannya terletak pada metode deteksi yang digunakan. Jika biasanya alat rapid test akan mendeteksi antibodi, rapid test 2.0 menggunakan antigen sehingga hasilnya lebih akurat dan lebih cepat.
“UNPAD minggu ini sudah memulai produksi Rapid Tes sendiri. lebih akurat & murah dibanding yang impor skg ini. Keakuratan 80% hampir setara dengan tes PCR. Menggunakan metode deteksi antigen bukan antibody seperti yang selama ini dipergunakan. Dinamai DETEKSI CEPAD. #covidjabar”, tulis Ridwan Kamil, Selasa (23/6).
Bersama cuitan ini, Ridwan Kamil juga menyertakan video yang memperlihatkan sejumlah alat rapid test yang sudah diproduksi dan proses pembuatannya. Dalam video tersebut, terdapat pula keterangan yang menyebut alat yang dikembangkan oleh FMIPA Unpad ini bisa menunjukkan hasil tes hanya dalam waktu 10 hingga 15 menit.
Ridwan Kamil percaya diri dengan alat rapid test 2.0. ini. Pasalnya, rapid test 2.0 akan mendeteksi langsung protein virus covid. Sementara rapid test pada umumnya mendeteksi respon tubuh terhadap virus yang belum tentu virus covid.
“Tes antigen lebih akurat dari antibodi, krn deteksi langsung protein virus covid. Kalau RDT antibodi memeriksa respon tubuh kpd virus yg blm tentu covid. Ibaratnya antibodi itu deteksi pergerakan satpam mencari maling saat alarm bunyi, kalau antigen nangkap malingnya #covidjabar,” imbuh Ridwan Kamil.
Pernyataan Ridwan Kamil mengenai keakuratan rapid test 2.0 senada dengan penjelasan Ketua Tim Riset Diagnostic Covid-19 Universitas Padjadjaran, Muhammad Yusuf.
“Karena tubuh itu saat dia terinfeksi patogen, tubuh butuh waktu untuk membentuk antibodi. Rapid test itu yang banyak itu untuk deteksi antibodi, itu kan tubuhnya belum membentuk spesifiknya, meskipun dia ada gejala belum tentu dia positif karena antibodi belum terbentuk,” papar Yusuf, dikutip dari Detik, Selasa (23/6).
Hal ini merupakan kabar baik, tak hanya bagi penanganan pandemi Covid-19 di wilayah Jawa Barat, tetapi juga di Indonesia. Keberhasilan Unpad memproduksi alat rapid test 2.0 diharapkan mampu mendorong temuan-temuan lain yang juga bisa membantu menghentikan angka infeksi virus corona.
KOMENTAR ANDA