Setelah berhasil memproduksi alat rapid test dengan metode deteksi antigen, Universitas Padjadjaran (Unpad) kini mengembangkan Viral Transport Media (VTM). VTM merupakan alat yang digunakan untuk menyimpan sampel swab Covid-19 sebelum diuji di laboratorium. Alat inovasi para peneliti Unpad ini diberi nama VitPAD Iceless Transport System.
VitPAD Iceless Transport System ini dikembangkan oleh peneliti di Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), di antaranya adalah Dr. Hesti Lina Wiraswati, Dr. Shabarni Ghaffar, Dr.rer.nat. Shavira Ekawardhani, Lia Faridah, dr., M.Si., dan Nisa Fauziah, dr., M.Kes.
Sebagai alat inovasi, VitPAD Iceless Transport System diklaim memiliki kelebihan dibandingkan alat VTM lainnya. Selain itu, Indonesia masih mengandalkan alat VTM impor yang sempat menjadi permasalahan karena kelangkaan persediaan. Hadirnya VitPAD ini diharapkan mampu meningkatkan proses pemeriksaan swab Covid-19 di Indonesia.
“Pas awal Maret-April kita sempat mengalami penipisan persediaan VTM. Meski sekarang sudah tidak langka tetapi Indonesia masih memiliki ketergantungan impor VTM sampai saat ini,” ujar Dr. Hesti, dikutip dari laman resmi Unpad.
Tak hanya itu, VitPAD juga diharapkan mampu menjangkau tes massal virus corona di wilayah-wilayah pelosok yang ada di Jawa Barat. Dengan demikian, tes virus corona bisa dilakukan dengan lebih efesien.
VitPAD dikembangkan dengan beberapa modifikasi yang menghasilkan sejumlah keunggulan. Keunggulan pertama dari VitPAD adalah ketahanan yang lebih baik. Uji coba VitPAD sudah dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalamnya. Hasilnya, sampel tersebut bertahan hingga 15 hari pada suhu kamar dan tidak membutuhkan ice box.
“Kami sudah uji coba sepuluh sampel positif yang dibandingkan dengan VTM komersil. Hasilnya, konsisten VitPAD bisa tahan 15 hari di suhu kamar. Jadi, tidak perlu ice box lagi,” ungkap Dr. Hesti.
“Sekarang kan sedang digalakkan tes massal. Butuh pemeriksaan yang banyak dan harus bisa jangkau pelosok. Kami berpikir bagaimana caranya membuat VTM produk lokal yang tahan di suhu kamar,” imbuhnya.
Keunggulan lainnya adalah VitPAD memiliki harga yang lebih murah dibandingkan alat VTM impor. Menurut Dr. Hesti, alat VTM biasanya dihargai Rp 70 ribu hingga Rp 120 ribu. Sementara itu, satu kit VitPAD skala laboratorium bisa didapat dengan harga Rp 40 ribu.
Dilansir dari Kumparan, Unpad berencana akan memproduksi tiga ribu VitPAD yang nantinya akan didistribusikan ke fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada di Jawa Barat. Saat ini, VitPAD masih di tahap validasi terhadap sampel yang lebih besar dan pengurusan izin VitPAD juga tengah diupayakan secara paralel.
KOMENTAR ANDA