Belajar secara online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak mudah untuk diterapkan karena tidak semua siswa dan guru memiliki akses yang sama. Tidak sedikit siswa di daerah pedalaman yang kesulitan mengikuti pembelajaran online karena jaringan seluler atau sinyal internet yang belum menjangkau wilayah tersebut.
Dikutip dari Kompas.com, ada pula siswa yang harus naik ke bukit demi bisa mengikuti pembelajaran online. Hal ini diutarakan oleh Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar, ketika konferensi pers Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Gedung Ummi Pendopo Bupati Aceh Tengah, Kamis, 25 Juni 2020.
Shabela menuturkan, banyak orangtua dari siswa yang ingin kegiatan belajar di sekolah kembali dibuka. Dinas Pendidikan Aceh Tengah pun menerima banyak pertanyaan mengenai jadwal masuk sekolah.
“Orangtua sudah protes untuk anaknya masuk sekolah. Orangtua sudah menuntut. Padahal, di Pulau Jawa dan di Aceh Tengah kan beda,” ujar Shabela, dilansir dari Kompas.com.
Lebih lanjut, Shabela mengungkap keluhan dari para orangtua siswa adalah terbatasnya sarana dan fasilitas bagi siswa untuk belajar secara online. Shabela mengatakan para guru harusnya bisa mendatangi kediaman para siswanya di wilayah pedalaman namun hal ini belum sepenuhnya terlaksana dengan berbagai alasan.
“Misalnya saja di Kampung Jamat, Kecamatan Linge, itu siswa harus naik ke bukit untuk belajar daring. Itu pernah saya lihat. Sementara di kawasan lain anak-anak berkerumun saat daring,” kata Shabela. Adapun Kampung Jamat adalah desa yang letaknya 50 kilometer dari pusat Ibukota Aceh Tengah, Takengon.
Tak hanya itu, tidak semua keluarga siswa mempunyai gawai. Para siswa yang tidak memiliki perangkat komunikasi akhirnya harus meminjam dari orang lain untuk bisa mengikuti kegiatan belajar.
“Tidak semua siswa punya perlengkapan belajar daring. Maka ini juga menjadi hambatan selama belajar jarak jauh dilakukan,” imbuhnya.
Pihak Pemkab Aceh Tengah pun tengah mengupayakan skema belajar di sekolah yang aman. Meski demikian, hal ini tetap harus disesuaikan dengan kebijakan pemerintah pusat. Shabela menyebut pihaknya sudah menyiapkan aturan belajar tatap muka namun harus dibatalkan karena ada perubahan dari Gugus Tugas.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, mengatakan pembelajaran jarak jauh bisa diterapkan secara permanen pasca pandemi Covid-19. Nadiem mengakui masih banyak kekurangan dalam penerapannya, mulai dari kemampuan guru, kemampuan orangtua, hingga ketersediaan infrastruktur bagi guru maupun siswa. Nadiem pun berharap agar para guru dan orangtua terus beradaptasi dan bereksperimen dengan pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan.
KOMENTAR ANDA