(1)
pada pukul empat pagi kau mengumpat
sambil membunuh anak kecil dalam
diriku, "selamat menempuh kesunyianmu!".
jujur dan ketakutan adalah tetangga
dekat yang tidak pernah bertukar
sapa yang tenggelam dalam matamu.
keduanya saling berebut menentukan
siapa yang paling pantas untuk
membunuhku, atau cintaku.
(2)
kalender kamar berguguran dan
waktu hanya berupa potongan gambar
majalah politik tepat setelah kau
gagal membaca air mataku yang
menetes pada jantung puisi. kau
senang memandang tinggi badanmu
pasangan serasi langit
indah dari jatuh tubuhku.
sebelum bahagia, kau ingin
merah terakhir adalah darahku
yang tumpah di bibirmu yang
merekah dan akan selalu basah.
(3)
kau dibesarkan di antara orang-orang
yang menghakimi agar tidak dihakimi.
kelemahan terbesarmu adalah mencintai
hidup. dan sepasang mataku, tempat
cinta punggungmu. kelak kau akan
berbicara buruk mengenai mataku,
sambil tertawa melihat kata "selamat"
mendarat di telingamu.
Bandung, Oktober 2019
KOMENTAR ANDA