"Jatinangor," pesanmu yang berhak diwarnai kesedihan
"hanya akan ada dalam gelas-gelas kopi." tepat
setelah kau sekali lagi membuat dirimu tampak
cantik untuk Tuhan yang kecil
di rumah namun besar di algoritma.
kau mahir menyulap rencana jadi
simbol matematika yang rumit
di hadapannya dengan sederhana.
Ia, katamu, selalu berhasil menjadikan
ranjang mendengar suaramu sebagai
doa. hari-hari sebentar lagi mudah
tanggal dan kau akan bersyukur punya
bibir untuk tinggal. angin dan dingin
menjadikanmu mudah bernyanyi agar
selalu bangun tengah malam pada
celana dan pikirannya.
deru napasnya kau simpan dalam
botol farfum aroma tubuh
anak laki-laki lain, yang liyan.
kau, tanpa kutahu, sedang menyamar
menjadi lukisan dinding. sepi dan sendiri
bersembunyi dari diri sendiri.
Bojongsoang, Oktober 2019
KOMENTAR ANDA