Masalah kesehatan tentunya tidak hanya mengintai para orang tua. Sebuah studi memperlihatkan generasi milenial yang memiliki kesadaran buruk terhadap kesehatan juga rentan diserangg berbagai penyakit. Bahkan, penyakit tekanan darah tinggi dan diabetes yang biasanya identik dengan lansia pun bisa menjadi ancaman bagi milenial.
Sebuah laporan yang bertajuk The Health of Millenials yang dipublikasikan oleh Blue Cross Blue Shield Association (BCBSA) mengatakan, semakin bertambah usia generasi milenial, maka kesehatan mereka pun semakin menurun.
Terdapat beberapa masalah kesehatan yang dinilai paling mempengaruhi milenial, yakni depresi mayor, gangguan penggunaan zat, gangguan konsumsi alkohol, tekanan darah tinggi, hiperaktif, kondisi psikotik, penyakit chron dan kolitis ulserativa, kolesterol tinggi, gangguan penggunaan tembakau, dan diabetes tipe 2.
Laporan ini pun mengungkap 83 persen dari 55 juta milenial yang menjadi responden survei pada tahun 2017 menganggap kesehatan dirinya tidak bermasalah. Padahal, analisis dari BCBSA menunjukkan hasil yang sebaliknya.
Studi ini memperlihatkan bahwa 11 persen dari generasi milenial yang berusia 34 hingga 36 tahun di tahun 2017 dalam kondisi kurang sehat dibandingkan GenX yang berusia 34 hingga 36 tahun di tahun 2014. Selain itu, pada simpulannya studi ini mengatakan masalah kesehatan yang menyerang generasi milenial lebih banyak pada ranah psikis dibandingkan fisik.
Terkait hal ini, Deborah Serani, profesor dari Adelphi University, menjabarkan beberapa hal yang bisa memengaruhi kesehatan milenial dalam bukunya yang berjudul Living With Depression. Pertama, kemajuan teknologi. Generasi milenial jarang melakukan kontak mata dan bersosialisasi secara langsung karena teknologi yang serba maju. Kesadaran emosional yang tidak baik mengakibatkan kondisi sulit memahami perasaan dan pikiran.
Kedua, overload media. Saat ini siapa pun bisa mengakses informasi dari berbagai penjuru dunia. Kabar-kabar buruk mengenai kriminalitas, bencana alam, dan sebagainya menyebabkan perasaan putus asa, takut, dan tidak berdaya yang akhirnya meresap ke dunia generasi milenial.
Ketiga, tidak belajar memahami kegagalan. Tidak sedikit anak muda yang abai dengan proses belajar dan hanya mengidamkan keberhasilan. Alhasil, kegagalan akan mendatangkan gelombang frustasi dan stres. Deborah mengatakan anak muda harus belajar memahami kegagalan dan berdamai dengannya agar tidak merasa kewalahan.
Keempat, jadwal kerja yang tidak pasti. Tidak sedikit milenial yang bekerja dengan waktu yang tidak pasti, seperti bekerja di akhir pekan atau di hari libur. Menurut Deborah, hal ini membuat milenial selalu sibuk dengan ketidakpastiaan waktu dan membuat mereka tidak benar-benar memiliki kesempatan untuk mengisi “bahan bakar”.
Ancaman kesehatan semacam ini tentu tidak bisa diabaikan. Vincent Nelson, wakil presiden urusan medis untuk BCBSA, memberikan tips untuk mengatasinnya. Salah satu yang disarankan Nelson adalah mencari perawatan dan dukungan pencegahan sebelum kondisi yang mengancam itu terjadi.
KOMENTAR ANDA