Ia terdampar di sebuah pulau dengan nama yang sulit diucap kedua bibirnya;
Ia terkepung di dalam luka yang tak diberikan daya walau hanya meneguk setetes air;
Ia terjatuh di sebuah jurang kekhilapan yang tak jua berarah;
Ia terbengkalai di bawah mulut langit yang membesar menjadi Tuan.
Pada suatu hari nanti, ia akan terbang dengan sepasang sayap di kelingkingnya;
Pada suatu hari nanti, ia akan membakar semua aral yang menerjanng kerapuhannya;
Pada suatu hari nanti, ibu jarinya akan melepuh dan memintanya menghapus sakit di dalam hatinya;
Pada suatu hari nanti, gunung akan mengambil tubuhnya pada sebatang kayu yang mengapung dilautan.
Ketika ia turun, Mikaela akan hidup dengan sebongkah keberkahan;
Ketika ia pulang, Mikaela akan menangis haru dengan sejuta rindu pada malamnya;
Ketika ia cemas, Mikaela akan memberi warna hujan bagi tubuhnya sehingga rindu tak berdaya menyatu menjadi tawa;
Ketika ia sendu, Mikaela akan memberi senyum di garis sungging bbibirnya.
Kemudian ia terbang namun terjatuh berulang kali,
Ia berjalan dengan kesepian tanpa teman dan detak nadi dalam tubuhnya;
Ia tidak pernah berharap untuk berhenti di peraduan kota;
Ia tetap berjalan menembus luasnya samudera dan purnama;
Ia menaiki sebagian kecil dari luasnya duni;
Ia terjungkal dan terbangun dan terdiam.
Mendongak dan melihat satu purnama, terkapar dan melihat bintang.
Katanya, "Aku tidak bertanya kapan aku sampai, Tuhan!"
KOMENTAR ANDA