—buat kamu, iya kamu
ia penggemar waktu yang mencintai
pikiran tentang derit ranjang. jam
yang pikun menidurkannya di dalam
tumpukan kalender dan menadirkannya
kegiatan ranjang yang tidak teratur.
kekayaan, kecantikan, dan penis,
semua telah dimilikinya, kecuali
dirinya sendiri.
penandaan akan pendanaan menjadi
modal baik tulisannya, igaunya.
kepalanya tempat orang-orang asing
repot-repot rapat meributkan
kelangkaan angka-angka dan selangkangan.
uang makin banyak maunya.
di matanya tempat sarang
pencuri puisi harian kota kita
atau polisi bahasa di beranda
yang tidak bisa membedakan
frasa dengan klausa.
halaman tubuhnya, berkas-berkas
bekas kekasihnya yang tersesat
di jantung puisinya. Ia selalu
ingin raga kata-katanya
mampu mengucapkan cinta
monyet, yang lugu dan malu-malu.
kelak akan ia berikan
pada kekasihnya yang tidak
mencintai puisi.
Bandung, Oktober 2019
KOMENTAR ANDA