Apa?
Apa yang kita cari dalam hidup ini.
Hanyalah sebutir nasi dan seonggok jet pribadi.
Jangan terlalu dibawa ke hati.
Apa-apa yang membuat keki.
Hidup hanya sementara, buat apa bermuram durja.
Lebih baik berdansa dan memandang semesta.
Daripada diam lalu tetiba kena corona.
Hidup penuh teka-teki.
Jadi perlu sedikit hati-hati.
Sambil lihat kanan-kiri.
Jangan sampai merugi.
Hidup sementara.
Tak perlu mati-matian.
Lebih baik hidup-hidupan.
Hidup hanyalah mencari.
Jawaban yang satu ke jawaban yang lainnya.
Dari membeli Mercy yang satu.
Menuju Rolls Royce yang lainnya.
Dari vila yang satu.
Menuju istana yang lainnya.
Apalah yang kita cari dalam hidup ini.
Selain seonggok helikopter pribadi.
Dan tahta yang abadi.
Apalagi yang kita cari.
Selain nama yang terpahat.
Meski sedikit yang kita buat.
Tapi ingin dikata hebat.
Hidup yang singkat.
Harus berlangsung nikmat.
Tak perlu jeda.
Sayang waktu.
Kita perlu melahap.
Segala yang terhidang.
Jangan bersisa.
Dan menyisakan.
Sebab kesuksesan.
Adalah keringat sendiri.
Hasil perjuangan pribadi.
Patut untuk dinikmati.
Bukan untuk dibagi-bagi.
Sebab hidup itu kompetisi.
Harus berebut posisi.
Dan utamakan gengsi.
Biar orang menghormati.
Hidup itu keras.
Harus siap melibas.
Daripada terlibas.
Lahaplah segala.
Nikmati semua.
Tumpuk yang banyak.
Dan di banyak tempat.
Sebab anak cucu.
Dan turunan-turunan berikutnya.
Harus terjamin.
Dan sejahtera.
Mereka yang nyinyir.
Tentu, karena cemburu.
Tak bisa apa.
Mereka yang miskin.
Tentu, karena malas.
Tak rajin bekerja.
Tak rajin belajar.
Teruslah melangkah.
Sebab, seonggok berlian tak berarti apa-apa.
Sebab, punya kapal pesiar kelihatannya asyik juga.
Sebab, tahta keluarga dari masa ke masa, harus diperjuangkan dengan seksama.
Hidup yang singkat.
Harus siap embat.
Daripada nanti lewat.
Hidup yang begini.
Perlu dibikin begitu.
Jika hidup ada gitu-gitunya.
Maka perlu dibikin gini-gininya.
Hidup ini singkat.
Sikat!
KOMENTAR ANDA