Belum lama ini, media sosial diramaikan dengan aksi balap lari liar yang dilakukan di sejumlah daerah, termasuk Jakarta.
Belum diketahui secara pasti mengenai motif dan alasan diselenggarakannya kegiatan balap lari liar tersebut.
Ramainya perbincangan tentang balap lari liar mengundang pihak kepolisian untuk mengambil langkah antisipasi. Menurutnya, aksi balap lari liar ini kerap dilakukan tanpa izin dan menganggu lalu lintas karena menutup ruas jalan.
Tak hanya itu, ada sanksi pidana yang akan menjerat pihak-pihak yang terlibat dalam aksi balap lari liar tersebut.
Dilansir dari Kompas.com, Pengajar Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Padjadjaran (Unpad), Budi Rajab, mengatakan bahwa aksi balap lari liar berawal dari kelompok kecil yang kemudian meluas secara geografis.
Menurut Budi, ada beberapa alasan yang melandasi maraknya aksi balap lari liar.
“Di sini kan situasinya Covid, mungkin mereka menghadapi kebosanan dengan cara yang spontan. Biasanya, permulaannya itu balap lari, tindakan itu dilakukan dan bisa dilihat orang,” ujar Budi.
Mengenai maraknya aksi ini di beberapa daerah, Budi mengatakan hal ini terjadi karena keterlibatan konstruksi sosial pada fenomena ini. Budi mengungkapkan, ada hubungan interaksi dari orang yang melakukan balap lari.
Budi menambahkan, ada anggapan di kalangan anak muda bahwa balap lari liar lebih baik dibandingkan balap motor atau bbalap mobil.
Balap motor dan mobil dianggap lebih berisiko dan hanya bisa dilakukan oleh kalangan masyarakat tertentu.
“Kalau balap motor itu yang ikut ada yang menengah ke atas dan ada juga yang menengah ke bawah. Untuk balap mobil yang khusus kelas atas semua, sementara balap lari bisa diikuti oleh lintas kelas,” ucapnya.
Adanya lintas kelas ini membuat aksi balap lari liar lebih mudah meluas. Selain itu, Budi menyebut aksi balap lari liar ini merupakan ciri sikap anak muda yang bertingkah laku sembarangan.
“Ya memang anak muda itu sembarangan, melakukan balap liar di jalanan. Itu mah spontan, bukan direncanakan. Hanya ikut-ikutan saja,” kata Budi.
Budi mengungkapkan, aksi ini bisa menjadi baik selama arahnya positif, misal untuk kesehatan tubuh.
Namun, ada hal yang perlu diperhatikan, yakni tetap menjaga jarak dan mematuhi protokol kesehatan, mengingat Covid-19 masih mewabah.
“Situasinya sedang Covid saja, situasi kerumunan penonton saja. Ini sembari dilakukan sosialisasi bagi pemerintah kepada masyarakat,”.
KOMENTAR ANDA