Semasa hidup Eyang berpesan, ia akan membukakan satu pintu di ujung kepala.
Kata Eyang, bagian atas kepala akan tampak macam warna seperti aurora.
Eyang mengatakan, itu tidak dapat terlihat dari atas.
Namun, bagi siapa saja yang menundukkan kepala dan memandikan nurani, maka pangkal hatinya dengan besar hati akan mencuri informasi.
Setelah Eyang tiada, Oma mengatakan bahwa ada sesuatu yang Eyang titipkan.
Eyang tidak pernah cerita sebelumnya.
Sesuatu (yang dititipkan Eyang) itu tidak nampak seperti barang.
Tapi, Oma bilang ia mengikuti setiap gerakan.
Setelah Oma tiada, Eyang muncul di mimpi 7 cucu bersama 7 bidadari.
Tidak ada Oma di sana, tapi ada wanita cantik sekali.
Wanita itu tersenyum kemudian menyibak kain.
Kami, aku dan ke-6 cucunya terbangun. Membuka sejadah
Ternyata ada yang dititipkan Oma dan Eyang.
Kami, aku dan ke-6 cucunya tidak mengerti.
Aku cucu ke-5,
Cucu ke-7 bicara, ia melihat aku dan dua cucu lainnya memiliki hidung berwarna, ubun-ubun terbuka,
Nila menyinari.
Lama-lama Eyang kembali muncul di mimpi kami.
Eyang bilang ini perlu dirahasiakan.
Tapi kami terlanjur menulis ini.
"Sedulur Papat Lima Pancen"
Kata Eyang, kami harus selalu berbuat baik, menggelar sejadah, dan terus memberi.
Tapi, tak satu pun kami jalani.
Sebab, kami ingin lakukan dengan pemahaman sendiri.
Jangan percaya kata-kata kami (aku dan ke-6 cucu lainnnya).
Sebab, bisa jadi kami sedang berbohong.
(Menipu Eyang dan para pembaca)
Jangan percaya kata-kata kami (aku dan ke-6 cucu lainnya)
Sebab, kejujuran dan keyakinan ada di hati bukan pada tangan dan mulut para penanti.
Sebenarnya itu dawuh Eyang.
KOMENTAR ANDA