di dunia yang sepi sendiri
Sabtu lahir kelabu dari rahim semesta
yang hujan pada hari ketika senyummu
hanya diketemukan algoritma. sebuah hari
yang memerlukan secangkir kopi atau
hadirmu dulu yang tak pernah nadir.
"jangan lengah", katamu sederhana
yang lelah dengan kata-kata rumit.
kau tahu, aku tidak dapat berkata telanjang
seperti hatiku.
kesedihan selalu dan sekali lagi menari
di altarnya, meminta nyawa atau jantung
puisi. kulihat kali ini yang menari adalah
kau.
"pilih sendiri kesedihanmu," ucapmu
yang selalu berhasil memadamkan
kemungkinan-kemungkinan yang
kuinginkan, "dengan kata-kata atau
cincin pada jari manisku".
aku tersenyum. aku masih bisa
bersedih.
lagi.
Bandung, Juli 2019
KOMENTAR ANDA